Wahabi dan Penghianatan Mereka Terhadap Pemikiran-pemikiran Islam


Kaum wahabi, dengan berbagai cara berusaha menjustifikasi pemikiran-pemikiran kerdil dan noraknya dalam memahami dan menerapkan  ajaran islam. Mereka melakukan berbagai daya upaya agar tujuan tersebut tercapai. Salah satu upaya paling konkrit yang mereka lakukan adalah dengan memalsu dan merubah kitab-kitab klasik, yang pendapat dan pemikirannya dinilai berlawanan halauan dengan mereka. Langkah yang mereka tempuh beraneka ragam, diantaranya adalah;
Pertama; Menerbitkan kitab-kitab dan membakarnya. Mereka telah membakar kitab-kitab madzhab kaum muslimin yang berbeda haluan. Misalnya, mereka membakar kitab-kitab terbitan Maktabah ‘Arabiyyah dan melarang peredaran kitab-kitab karya sayyid Kutb dan ulama-ulama lain. Baca lebih lanjut

Pembajakan Kitab: Penerbit Wahabi Hapus Pembahasan Tentang Tawassul


Jakarta, NU Oline Pembajakan kitab tidak hanya dilkukan oleh penerbit Darul Kutub Al-Ilmiyah di Lebanon terhadap kitab Sirajut Thalibin karya Syekh Ihsan Jampes. Belakangan diungkap beberapa manipulasi dalam kitab terbitan Timur Tengah yang beredar di Indonesia.

Pengasuh Pondok Pesantren Denanyar Jombang KH Aziz Masyhuri mengungkapkan, dalam kitab Al-Adzkar terbitan Saudi Arabia, salah satu bagian penting yang menjelaskan tentang ajaran tentang berdoa dengan perantara atau tawashul sengaja dihapus, karena dianggap bertentangan dengan ajaran Wahabi. Padahal kitab yang dikaji di berbagai pesantren itu ditulis oleh ulama Sunni yang menganjurkan tawashul.

Saat berkunjung ke redaksi NU Online pertengahan bulan lalu, mantan ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) ini menuturkan, dirinya telah lama menemukan manipulasi itu, bahkan sejak awal awal tahun 2000.

Selain kitab Al-Adzkar, dalam kitab Tafsir Shawi, misalnya, ditengarai terjadi penmghapusan beberapa baris, sehingga memenggal isi pokok kitab tersebut.

Menurut Kiai Aziz, pihaknya sempat mengirumkan surat protes kepada pihak penerbit Saudi Arabia atas sepengatahuan Dr KH Agil Al Munawwar, menteri Agama saat itu, tetapi surat protes itu tidak pernah ditanggapi oleh mereka.

Ia menduga masih banyak kitab yang sisinya sudah diacak-acak seperti itu. Karenanya ia meminta PBNU dan kalangan pesantren untuk kritis terhadap keaslian kitab yang dikaji.

”Kita perlu terus mentashih kembali kitab-kitab yang akan dikaji di pesantren, agar tidak menyebabkan kepincangan dan kesesatan,” katanya

Sesepuh NU yang rajin menghimpun arsip NU ini juga berharap agar penyelidikan terhadap kasus pembajakan kitab Sirajut Thalibin sekaligus dijadikan momentum untuk mengkaji kitab yang ada, baik dari segi hak cipta maupun dari segi matan atau isinya agar bila terjadi penyimpangan bisa segera di luruskan.

“Ini salah satu bentuk menjaga nilai-nilai Aswaja yang saat ini memang sedang banyak menghadapi tantangan baik dari kelompok liberal yang marak di kalangan muslim Timur Tengah, maupun rongrangan dari kelompok fundamentalis Islam sebagaimana dilakukan terhadap kitab Al-Adzkar tersebut,” katanya.

__________________________

Keganasan Bahaya Laten Wahabi Terbukti di Pakistan


Tujuh puluh (70) orang meninggal dunia, dan 120 mengalami luka-luka akibat serangan bom bunuh diri yang di lakukan oleh tiga anggota wahabi Pakistan.

Serangan itu terjadi pada tanggal 1 / 7 / 2010 di sebuah makam ulama sufi (Sayyid Ali Hajwairi ) di Lahor yang banyak di kunjungi para pelawat dari kalangan umat Islam beraliran sufi. Para pengikut ajaran wahabi adalah kelompok yang sangat membencikan orang-orang sufi dan mengkafirkan mereka.

Mereka menganggap bahwa orang -orang sufi menyembah kuburan-kuburan wali sehingga halal darahnya dibunuh. Pemahaman ini bersumber dari aqidah merea yang menyatakan bahwa tauhid itu terbagi kepada tiga bahagian, tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah, tauhid asma’ dan sifat.

Pengikut Wahabi mempercayai anggapan bahwa Orang-orang sufi hanya percaya dengan tauhid rububiyyah dan tidak menyakini tauhid uluhiyyah. Sebab itulah mereka kafir dan boleh di bunuh.

Bahkan mereka mengatakan bahwa orang-orang kafir qurasy lebih bagus tauhidnya daripada orang-orang sufi. Sebelum ini di Kuwait terjadi perselisihan tajam diantara anggota perlemen disana disebabkan soalan yang terdapat di kertas imtihan ( ujian ) pelajar berisikan pengharaman dan pengkafiran orang-orang yang bertawasul, berziarah ke makam para wali, dan mencium kuburan. Baca lebih lanjut