KH. Zainuddin Djazuli ; Hidup Tanpa Politik Selalu Ditipu


Untuk menjatuhkan pilihannya kepada partai berlambang ka’bah ini, para kiai melakukan ijtihad yang panjang. Sebelum melakukan ijab qobul, para kiai terlebih dahulu mengajukan beberapa persyaratan kepada ketua umum PPP Surya Dharma Ali. Diantaranya mau mengedepankan ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam kehidupan politik, mau memikirkan pesantren. “Pak ketua umum menyembut baik terhadap keinginan para kiai, makanya para kiai merasa kembali ke rumah asalnya yang beberapa tahun lalu sempat ditinggalkan” menurut kiai Zainuddin Djazuli.

Para Ulama ikut berpolitik, karena hal ini mengikuti tindakan dan cara Rasulullah SAW. Karena Rasulullah SAW itu merupakan politisi yang hebat. Pada waktu itu Rasulullah SAW menjadi panglima perang dan menjadi pemimpin umat dengan berdakwah dan juga tahu tentang pemerintahan. “Kalau Rasulullah SAW tidak berpolitik, maka ajaran Islam yang beliau sampaikan tidak mungkin sampai ke Indonesia” begitu dawuh beliau Yai Din.

Menurut Yai Din, politik itu di artikan segala tindakan yang punya akibat. Bagi seorang santri yang ngaji tidak disertai dengan politik maka ia akan “bele”. Bisa jadi kehidupannya selalu ditipu oleh pihak lain. Makanya segala perjuangan itu perlu dibarengi dengan politik. “Apabila ada anggapan kiai tidak boleh berpolitik tentu saja anggapan itu adalah sesuatu yang salah. Karena para kiai itu harus mengawal kehidupan berpolitik, karena ingin memperjuangkan kepentingan umat. “ Begitulah dawuhnya yai Din.

Ada sebagian anggapan kelompok masyarakat yang ingin membedakan antara agama dan politik. Paham itu adalah sekularisme. Seolah-olah politik itu berbeda dengan kehidupan beragama. Paham tersebut sangat berbahaya, karena merugikan umat beragama. Jadi bernegara ini hanya di urus oleh orang-orang yang tidak mengerti agama. “Kalau dalam diri seorang politisi jauh dari kehidupan agamanya, maka tindakannya sangat membahayakan. Contohnya korupsi merajalela dan akhlaknya yang bertentangan dengan agama, maka masyarakat akan mencemoohnya,” tandasnya lagi.

Makanya agama dan politik tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi PPP sebagai partai yang punya ideolagi Islam hal itu harus bisa dibuktikan dalam berpolitik. Supaya PPP bisa menjadi kekuatan politik yang diperhitungkan, maka harus kompak antara politisi dan ulamanya.

“Ayo nyambut gawe bareng. Dan saya sudah menunjukan itu, saya terus menerus turun kebawah dan mengajak para santri dan alumni untuk bersama-sama dengan kiainya mendukung PPP. Karena PPP ini mau memikirkan pesantren” begitulah dawuhnya Yai Din.

Karena Pesantren Al Falah Ploso Mojo Kediri ini sudah berdiri sejak tahun 1925 yang alumninya sudah menyebar ke seantero nusantara. Dalam acara Mukernas I PPP Pondok Pesantren Al Falah dipakai untuk penutupanya pada hari ini Kamis 23/02 2012. (By; AY)